Materi Daur Biogeokimia Kelas 10

Biogeokimia adalah cabang ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme hidup (bio) dengan berbagai proses kimia dan fisika yang terjadi dalam lingkungan alam (geo). Daur biokimia melibatkan aliran unsur-unsur kimia seperti karbon, nitrogen, fosfor, sulfur, oksigen, air dan berbagai unsur lainnya antara komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotik (faktor non-hidup) dari ekosistem.

Pada tingkat kelas 10, Anda akan mempelajari tentang siklus-siklus biogeokimia yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem:

1. Siklus Karbon

Gambar Siklus Karbon
Gambar Siklus Karbon Image via ib.bioninja.com.au

Siklus karbon adalah proses alami di mana karbon bergerak melalui berbagai reservoir dalam biosfer, atmosfer, geosfer, dan hidrosfer. Siklus ini merupakan bagian integral dari ekosistem Bumi dan melibatkan berbagai proses biologis, geologis, dan kimia yang berkontribusi pada perpindahan karbon dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Siklus karbon sangat penting karena karbon adalah unsur dasar bagi semua makhluk hidup dan memiliki peran yang signifikan dalam regulasi iklim Bumi.

Siklus karbon melibatkan beberapa tahap utama:

  1. Fotosintesis. Tanaman, alga, dan beberapa bakteri melakukan fotosintesis, di mana mereka menggunakan energi matahari untuk mengubah karbon dioksida (CO2) dan air menjadi glukosa dan oksigen. Proses ini memindahkan karbon dari atmosfer ke tumbuhan.
  2. Respirasi. Makhluk hidup, termasuk manusia, hewan, dan tanaman, melakukan respirasi untuk menghasilkan energi dengan mengurai glukosa atau senyawa organik lainnya. Proses ini melepaskan kembali CO2 ke atmosfer
  3. Decomposition. Ketika tanaman dan makhluk hidup lain mati, mikroorganisme akan mendekomposisi bahan-bahan organik yang terkandung di dalamnya. Proses ini mengeluarkan O2 ke atmosfer atau dapat menghasilkan karbon tersimpan dalam bentuk seperti gambut atau batu bara jika dekomposisi terjadi dalam kondisi tertentu yang menghambat peluruhan lengkap.
  4. Pertukaran karbon antara lautan dan atmosfer. Oseanografi karbon melibatkan pertukaran karbon antara atmosfer dan lautan. Lautan menyerap CO2 dari udara melalui proses pelarutan, tetapi juga melepaskan CO2 kembali ke udara melalui respirasi laut.
  5. Siklus sedimentasi dan batuan. Beberapa karbon dari atmosfer dapat diendapkan dan terperangkap dalam sedimen atau bahkan terakumulasi dalam batuan seperti kapur dan batu bara melalui proses geologis yang memakan waktu jutaan tahun.
  6. Bahan bakar fosil. Manusia mengambil karbon yang telah terperangkap dalam bentuk batu bara, minyak bumi, dan gas alam, dan membakarnya untuk energi. Proses ini mengeluarkan CO2 yang telah lama terperangkap kembali ke atmosfer dalam waktu singkat.

Perubahan dalam siklus karbon, seperti peningkatan emisi CO2 akibat aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, memiliki dampak yang signifikan pada keseimbangan iklim Bumi. Akumulasi CO2 tambahan di atmosfer menyebabkan efek rumah kaca yang lebih kuat dan menyebabkan perubahan iklim seperti pemanasan global. Oleh karena itu, pemahaman dan pengelolaan siklus karbon menjadi penting dalam upaya menjaga keseimbangan iklim global.

2. Siklus Nitrogen

Gambar Siklus Nitrogen
Gambar Siklus Nitrogen Image via aquascapeinc.com

Nitrogen adalah unsur penting dalam protein dan asam nukleat. Siklus nitrogen adalah proses alami yang melibatkan perubahan dan perpindahan nitrogen dalam berbagai bentuk antara organisme, tanah, air, dan atmosfer. Nitrogen (N) adalah unsur penting dalam komponen biologis seperti protein, asam nukleat, dan berbagai molekul organik lainnya. Siklus nitrogen melibatkan beberapa tahap utama:

  1. Fiksasi Nitrogen. Proses ini mengubah nitrogen di udara (N2) menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh organisme, seperti amonia (NH3) atau ion nitrat (NO3). Fiksasi nitrogen dapat dilakukan melalui beberapa mekanisme, termasuk fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas di tanah dan bakteri simbiotik dalam akar tanaman legum, seperti kacang-kacangan.
  2. Ammonifikasi. Ini adalah tahap di mana bahan organik yang mengandung nitrogen, seperti sisa-sisa tanaman dan kotoran hewan, diuraikan oleh bakteri dan fungi menjadi amonia (NH3) atau senyawa amonium (NH4+).
  3. Nitrifikasi. Proses ini melibatkan oksidasi amonia menjadi nitrit (NO2) oleh bakteri Nitrosomonas, dan kemudian nitrit dioksidasi lebih lanjut menjadi nitrat (NO3) oleh bakteri Nitrobacter. Senyawa nitrat dapat dengan mudah diserap oleh tanaman.
  4. Assimilasi. Tanaman menyerap nitrat dan amonia dari tanah dan menggunakannya untuk membangun molekul-molekul seperti protein dan asam nukleat.
  5. Denitrifikasi. Bakteri denitrifikasi mengubah nitrat kembali menjadi nitrogen gas (N2), melepaskannya kembali ke atmosfer. Proses ini mengurangi ketersediaan nitrogen bagi tanaman dan organisme lainnya.
  6. Amonifikasi. Ini adalah tahap di mana bakteri mengurai senyawa organik yang mengandung nitrogen, seperti sisa-sisa tanaman dan kotoran hewan, menjadi amonia.

Siklus nitrogen ini penting karena nitrogen merupakan komponen penting dalam sistem ekologi dan nutrisi tanaman. Aktivitas manusia, seperti penggunaan pupuk kimia, dapat mempengaruhi keseimbangan siklus nitrogen dan menyebabkan masalah lingkungan seperti polusi air dan eutrofikasi (pembentukan berlebihan alga). Oleh karena itu, pemahaman tentang siklus nitrogen sangat penting dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.

3. Siklus Air

Gambar Siklus Air
Gambar Siklus Air

Siklus air mengacu pada pergerakan dan perubahan wujud air di permukaan bumi dalam bentuk gas (uap air), cairan (air), dan padatan (es). Siklus air terjadi secara terus-menerus dan melibatkan beberapa tahap utama. Ini adalah proses alam yang vital karena menjaga ketersediaan air di berbagai ekosistem dan memberikan dukungan bagi kehidupan di planet ini. Berikut adalah tahapan utama dalam siklus air:

  1. Penguapan. Proses dimana air di permukaan bumi, seperti dari lautan, sungai, dan danau, dipanaskan oleh matahari dan berubah menjadi uap air. Uap air naik ke atmosfer dan membentuk awan.
  2. Kondensasi. Ketika uap air naik ke atmosfer yang lebih dingin, ia mulai mendingin dan berubah kembali menjadi tetes air kecil. Tetes-tetes ini berkumpul dan membentuk awan.
  3. Presipitasi. Ketika tetes air dalam awan menjadi cukup besar dan berat, mereka jatuh kembali ke permukaan bumi dalam bentuk hujan, salju, hujan es, atau bentuk presipitasi lainnya.
  4. Infiltrasi. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi dapat diserap oleh tanah melalui proses yang disebut infiltrasi. Air ini kemudian menjadi bagian dari air tanah.
  5. Aliran permukaan. Air yang tidak dapat diserap oleh tanah mengalir ke sungai, danau, dan lautan melalui aliran permukaan. Ini membentuk sistem sungai dan sirkulasi air di berbagai bagian bumi.
  6. Evaporasi dan Transpirasi. Di daratan, air yang diserap oleh tanaman melalui akar mengalami proses yang disebut transpirasi. Ini adalah penguapan air dari permukaan tanaman. Selain itu, air juga dapat menguap langsung dari tanah dan permukaan air, yang dikenal sebagai evaporasi.

Siklus air adalah siklus yang terus berlangsung, membawa air dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Ini penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan memastikan pasokan air yang diperlukan untuk kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Perubahan dalam pola iklim dan aktivitas manusia dapat memengaruhi siklus air dan memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan dan kehidupan sehari-hari.

4. Siklus Fosfor

Gambar Siklus Fosfor
Gambar Siklus Fosfor Image via sciencefacts.net

Fosfor adalah unsur yang penting dalam molekul energi (misalnya, ATP) dan asam nukleat. Siklus fosfor adalah proses alami yang melibatkan perpindahan fosfor dalam berbagai bentuk antara komponen biotik (organisme hidup) dan abiotik (non-organisme atau lingkungan fisik). Fosfor adalah unsur penting dalam kehidupan karena merupakan komponen utama DNA, RNA, dan ATP, serta berperan dalam proses energi seluler.

Siklus fosfor melibatkan beberapa tahap utama:

  1. Pengeluaran Fosfor Dari Batuan. Fosfor awalnya dilepaskan ke lingkungan melalui pelapukan batuan fosfat. Proses ini membebaskan fosfor dalam bentuk fosfat ke dalam tanah dan air.
  2. Penyerapan Oleh Tanaman. Tanaman menyerap fosfat dari tanah melalui akar mereka. Fosfat ini digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka.
  3. Rantai Makanan. Ketika hewan makan tanaman atau hewan lain yang mengandung fosfor, fosfor tersebut berpindah ke tubuh hewan. Ini terjadi dalam rantai makanan di mana fosfor bergerak dari produsen (tanaman) ke konsumen tingkat lebih tinggi (hewan herbivora dan karnivora).
  4. Kematian dan Dekomposisi. Ketika organisme mati, fosfor yang terkandung dalam tubuh mereka akan kembali ke tanah melalui proses dekomposisi oleh bakteri dan fungi. Selama dekomposisi, fosfor dilepaskan ke tanah dalam bentuk fosfat.
  5. Sedimentasi. Partikel fosfat dalam air bisa mengendap di dasar sungai, danau, atau laut. Seiring waktu, endapan ini dapat membentuk batuan fosfat baru dalam skala geologis yang panjang.
  6. Erosi dan Pelapukan Kembali. Batuan fosfat yang baru terbentuk dapat terangkat kembali ke permukaan melalui proses geologis seperti erosi dan pelapukan. Ini memulai siklus fosfor lagi.

Siklus fosfor adalah proses yang relatif lambat dan tidak memiliki fase gas seperti siklus nitrogen. Karena fosfor adalah unsur yang penting bagi kehidupan, pengelolaan yang baik dari sumber daya fosfor di lingkungan menjadi penting untuk menjaga keberlanjutan ekosistem dan pertanian.

Penting untuk dicatat bahwa aktivitas manusia, seperti pemakaian pupuk fosfat dalam pertanian dan limbah fosfat dari industri, dapat memengaruhi keseimbangan siklus fosfor alami dan mengakibatkan masalah seperti eutrofikasi di perairan, yaitu peningkatan alga yang berlebihan karena ketersediaan fosfor yang berlebihan.

5. Siklus Oksigen

Gambar Siklus Oksigen
Gambar Siklus Oksigen Image via vedantu.com

Siklus oksigen mengacu pada pergerakan oksigen melalui berbagai komponen dalam lingkungan alam, termasuk atmosfer, organisme hidup, dan lingkungan akuatik. Siklus oksigen utama adalah Siklus Oksigen atau Siklus Oksigen-Laut yang terjadi antara atmosfer dan ekosistem akuatik, terutama laut. Siklus ini melibatkan dua tahap utama: fotosintesis dan respirasi.

  1. Fotosintesis. Proses di mana tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri menggunakan energi matahari, karbon dioksida (CO2), dan air untuk menghasilkan glukosa dan oksigen. Proses ini terjadi dalam kloroplas tumbuhan dan alga.
  2. Respirasi. Proses metabolisme dalam sel-sel semua makhluk hidup, termasuk tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, di mana glukosa dan molekul organik lainnya dioksidasi dengan oksigen untuk menghasilkan energi, karbon dioksida, dan air. Respirasi menghasilkan energi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi tubuh.

Siklus Oksigen secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Fotosintesis. Tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri menggunakan energi matahari untuk mengubah karbon dioksida dan air menjadi glukosa dan oksigen. Oksigen yang dihasilkan oleh fotosintesis dilepaskan ke atmosfer sebagai hasil samping.
  2. Konsumsi dan Respirasi. Organisme lain, termasuk manusia, hewan, dan mikroorganisme, mengkonsumsi glukosa dan nutrisi dari tumbuhan dan organisme lain. Selama proses respirasi, glukosa dioksidasi dengan oksigen untuk menghasilkan energi, karbon dioksida, dan air. Karbon dioksida ini kemudian dilepaskan kembali ke atmosfer sebagai produk sampingan dari proses respirasi.
  3. Lingkungan Akuatik. Oksigen yang dihasilkan oleh fotosintesis dalam ekosistem akuatik, terutama oleh fitoplankton di laut, larut dalam air. Organisme akuatik, seperti ikan, memanfaatkan oksigen yang terlarut dalam air untuk proses respirasi.
  4. Sinkronisasi Siklus. Siklus oksigen terjadi secara terus-menerus dan dinamis, dengan tingkat fotosintesis dan respirasi yang berubah sepanjang hari dan musim. Keseimbangan antara produksi oksigen oleh fotosintesis dan konsumsi oksigen oleh respirasi menjaga konsentrasi oksigen atmosfer dan perairan relatif stabil.

Siklus oksigen adalah salah satu dari banyak siklus biogeokimia yang mengatur aliran unsur-unsur penting dalam ekosistem Bumi.

6. Siklus Sulfur

Gambar Siklus Sulfur
Gambar Siklus Sulfur Image via sciencefacts.net

Siklus sulfur mengacu pada perpindahan dan transformasi unsur sulfur dalam berbagai bentuk antara komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotik (non-hidup) di dalam lingkungan. Siklus sulfur melibatkan beberapa tahap penting yang melibatkan organisme, air, tanah, atmosfer, dan proses geologi. Siklus sulfur memiliki dampak penting terhadap lingkungan dan kehidupan karena sulfur merupakan unsur penting dalam berbagai proses biokimia dan lingkungan.

Berikut adalah beberapa tahap utama dalam siklus sulfur:

  1. Penyimpanan dalam Batuan dan Mineral. Sulfur dapat ada dalam bentuk senyawa mineral di dalam batuan seperti gipsum (kalsium sulfat) dan pirit (besi sulfida). Proses geologi seperti erosi dan pengangkutan membawa mineral ini ke permukaan bumi.
  2. Oksidasi. Di permukaan bumi, sulfur dioksid (SO2) dilepaskan ke atmosfer melalui aktivitas geologi seperti letusan gunung berapi dan aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil. SO2 juga dapat terbentuk melalui oksidasi sulfur yang terdapat dalam mineral.
  3. Siklus Atmosfer. SO2 dalam atmosfer dapat mengalami oksidasi lebih lanjut oleh oksigen dan berinteraksi dengan partikel atmosfer lainnya, membentuk aerosol sulfur seperti asam sulfat (H2SO4). Aerosol ini memiliki dampak signifikan terhadap polusi udara dan efek rumah kaca.
  4. Deposisi. Partikel aerosol sulfur dalam atmosfer dapat jatuh ke permukaan bumi melalui proses yang disebut deposisi. Ini dapat terjadi melalui hujan asam, hujan salju, atau pengendapan langsung. Deposisi sulfur dapat mempengaruhi kualitas air dan tanah.
  5. Cicilan Melalui Organisme. Sulfur masuk ke rantai makanan melalui tanaman. Tanaman mengambil sulfur dari tanah dan menggunakannya dalam proses fotosintesis untuk membentuk senyawa organik seperti asam amino yang penting bagi makhluk hidup. Hewan herbivora kemudian mengonsumsi tanaman, dan hewan karnivora mengonsumsi hewan herbivora. Siklus ini memungkinkan sulfur berpindah melalui berbagai tingkatan dalam rantai makanan.
  6. Dekomposisi Organik. Mikroorganisme dalam tanah memainkan peran penting dalam menguraikan senyawa organik yang mengandung sulfur dari bahan tumbuhan dan hewan yang mati. Proses dekomposisi ini menghasilkan senyawa sulfur anorganik yang kembali ke tanah.
  7. Siklus Geologi.. Proses geologi seperti erupsi gunung berapi, erosi, dan pergerakan tanah juga dapat mengeluarkan sulfur dari kerak bumi ke lingkungan.

Siklus sulfur memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek lingkungan termasuk kualitas udara, kualitas air, dan komposisi atmosfer. Kegiatan manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan industri juga dapat memengaruhi siklus sulfur dengan melepaskan lebih banyak sulfur dioksida ke atmosfer dan menyebabkan masalah seperti hujan asam dan polusi udara.

7. Dampak Aktivitas Manusia Terhadap Siklus-Siklus Biogeokimia

Pencemaran Lingkungan Karena Asap Pabrik
Pencemaran Lingkungan Karena Asap Pabrik Image via conserve-energy-future.com

Memahami siklus-siklus ini adalah penting karena mereka membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan memastikan kelangsungan hidup makhluk hidup di Bumi. Aktivitas manusia memiliki dampak yang signifikan terhadap siklus-siklus biogeokimia di planet ini. Siklus-siklus biogeokimia melibatkan perpindahan unsur-unsur kimia antara komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotik (non-hidup) dari lingkungan. Berikut adalah beberapa dampak utama aktivitas manusia terhadap beberapa siklus biogeokimia utama:

  1. Siklus Karbon (Siklus Karbon Dioksida). Aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil (minyak, batu bara, gas alam) untuk energi, deforestasi, dan perubahan penggunaan lahan, menyebabkan pelepasan besar karbon dioksida (CO2) ke atmosfer. Ini mengakibatkan peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global.
  2. Siklus Nitrogen. Pertanian intensif dan penggunaan pupuk sintetis telah meningkatkan jumlah nitrogen dalam lingkungan. Kelebihan nitrogen ini dapat mencemari perairan dan menyebabkan “zona mati” di laut, di mana kekurangan oksigen menghambat kehidupan laut.
  3. Siklus Fosfor. Penggunaan pupuk fosfor dalam pertanian juga dapat menyebabkan aliran fosfor yang berlebihan ke sungai dan danau. Ini dapat menyebabkan eutrofikasi, di mana pertumbuhan alga yang berlebihan mengganggu ekosistem air dan dapat mengancam kehidupan akuatik.
  4. Siklus Air (Siklus Hidrologi). Deforestasi, urbanisasi, dan perubahan penggunaan lahan dapat mempengaruhi aliran air dan siklus penguapan. Pengambilan air yang berlebihan untuk kebutuhan manusia juga dapat mengganggu keseimbangan alami siklus air.
  5. Siklus Belerang. Pembakaran bahan bakar fosil juga dapat menghasilkan oksida belerang (SOx), yang ketika bereaksi dengan air di atmosfer dapat membentuk hujan asam. Ini dapat merusak lingkungan dan tanaman serta mencemari sumber air.
  6. Siklus Air Tanah (Siklus Hidrokarbon). Kegiatan pengeboran minyak dan gas, serta kebocoran dari infrastruktur energi, dapat menyebabkan pencemaran minyak dan hidrokarbon dalam tanah dan air, mengganggu ekosistem dan mengancam kesehatan manusia.
  7. Siklus Oksigen. Deforestasi dan perubahan penggunaan lahan dapat mengurangi jumlah tumbuhan yang bertanggung jawab menghasilkan oksigen melalui fotosintesis. Ini dapat mempengaruhi keseimbangan oksigen dalam atmosfer.

Dampak-dampak ini secara kolektif mengganggu keseimbangan alami siklus-siklus biogeokimia, mengubah komposisi atmosfer dan ekosistem, dan berkontribusi terhadap perubahan iklim global, kehilangan keanekaragaman hayati, dan berbagai masalah lingkungan lainnya. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk mempertimbangkan dampak dari aktivitas mereka terhadap siklus-siklus biogeokimia dan mengambil langkah-langkah berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan lingkungan.