Tahap-tahap sosialisasi adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan (Prepatory Stage)
Tahap persiapan adalah tahap yang dialami oleh manusia sejak manusia dilahirkan. Artinya seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, dan memperoleh pemahaman tentang diri sendiri. Pada tahap persiapan, anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contohnya: kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam”. Makna kata tersebut juga belum dipahami secara tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan dengan kenyataan yang dialaminya.
2. Tahap Meniru (Play Stage)
Tahap meniru adalah tahap meniru ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa orang tuanya, saudaranya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anaknya.
Contohnya, ketika seorang anak bermain petak umpet, ia belum mengetahui alasan dibalik mencari teman yang bersembunyi.
3. Tahap Persiapan Bertindak (Game Stage)
Tahap persiapan adalah peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama.
Contohnya seorang anak menyadari peran dari komponen masyarakat, misalnya dalam peran Bpk kyai, peran kepala desa, peran pak RT, dan lain sebagainya.
4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage/Other)
Tahap penerimaan adalah tahap dimana seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada masyarakat secara luas. Dengan kata lain, dia dapat bertenggang rasa, tidak hanya dengan orang yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara luas.
Contohnya adalah interaksi dalam makan malam sebuah keluarga yang menggambarkan tiga orang anak dengan tiga konsep diri yang berbeda. Adel, anak pertama, lebih suka menonton berita di televisi selama makan malam; Bakri, anak kedua mau memanfaatkan makan malam bersama untuk membicarakan bisnis keluarga; sementara Klara anak ketiga, mau membicarakan bisnis keluarga jika orang tuanya membuka pembicaraan ke arah sana.
Ketiga anak itu memiliki tujuan dan harapan masing-masing dari tingkah laku yang mereka lakukan. Adel menganggap bahwa makan malam bukan waktu yang cocok untuk membicarakan bisnis keluarga, sehingga ia akan membicarakannya setelah makan malam selesai.
Bakri membicarakan bisnis keluarga saat makan malam dengan maksud ingin mendapatkan jatah dan keuntung yang lebih besar. Sementara itu Klara berharap orang tuanya membuka pembicaraan bisnis keluarga agar ia dapat memberikan penawaran. Ketiga anak itu dengan demikian memiliki konsep diri yang berbeda.