Selat Malaka merupakan jalur air penting untuk kegiatan pelayaran dengan berbagai macam dagangan ekspor maupun impor dari berbagai negara. Panjang Selat Malaka 500 mil dengan lebar 1,5 mil laut pada titik tersempit yaitu selat Philips di Selat Singapura. Selat Malaka merupakan salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia.
1. Jalur Transportasi Laut
Selat Malaka membentuk jalur pelayaran terusan antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta menghubungkan tiga negara berpenduduk terpadat di dunia, yaitu Indonesia, China, dan India. Sebanyak 50.000 kapal melintas di Selat Malaka setiap tahunnya, yang mengangkut seperlima atau seperempat perdagangan dunia.
Selat Malaka sebagai salah satu choke point strategis di kawasan Asia Tenggara memiliki arti penting bagi negara-negara sekitarnya, khususnya dari segi ekonomi. Tidak mengherankan jika banyak sekali aktor yang ingin menanamkan dominasinya kapada Selat Malaka, baik aktor intra maupun ekstra kawasan.
2. Jalur Perdagangan
Seiring globalisasi, nilai Selat Malaka ini akan terus bertumbuh dengan intensitas perdagangan yang kian meningkat. Pertempuran kepentingan dan upaya perluasan sphere of influence diprediksi masih akan terjadi di selat ini, mengingat banyaknya keuntungan yang menggiurkan dari nilai strategis yang ditawarkannya.
Choke Point Selat Malaka dianggap begitu penting karena merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang menghubungkan antara negara-negara timur, sehingga kawasan ini merupakan kawasan yang strategis bagi jalur perdagangan yang menghubungkan antara negara-negara timur, sehingga kawasan ini merupakan kawasan yang strategis bagi jalur perdagangan.
Arti penting Choke Point Selat Malakan semakin bertambah dengan diproduksinya kapal-kapal tanker raksasa untuk mengangkut minyak dari Timur Tengah melewati Selat Malaka ke negara-negara Timur Jauh, terutama Jepang 90% kebutuhan minyaknya diangkut melalui Selat Malaka.
3. Wilayah Paling Rawan di Dunia
Wilayah perairan sepanjang Selat Malaka memiliki banyak kerawanan, di samping rawan terhadap kerusakan lingkungan, wilayah tersebut juga rawan terhadap pelanggaran wilayah, rawan terhadap penyelundupan, rawan terhadap pencurian sumber daya laut.
Geografi Selat Malaka memang membuat wilayah ini sangat rentan terhadap pembajakan. Perairan sempit itu berisi ribuan pulau kecil dan merupakan outlet bagi banyak sungai, sehingga ideal bagi bajak laut untuk menghindari penangkapan.
Pada tahun 2004, selat malaka menyumbang 40% dari pembajakan diseluruh dunia. Biro Maritim Internasional (IMB) melaporkan, pada bulan oktober 2007 Indonesia terus menjadi wilayah yang paling banyak diserang bajak laut di dunia.