9 Indikator Kemiskinan

Masyarakat miskin sesuai karakteristiknya umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya pada kegiatan ekonomi, sehingga semakin tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 14 indikator kemiskinan.

  1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang
  2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah atau bambu atau kayu murahan
  3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu atau rumbia atau kayu berkualitas rendah atau tembok tanpa diplester
  4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain
  5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
  6. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai / air hujan.
  7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak tanah
  8. Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam dalam satu kali seminggu.
  9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
  10. Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari.
  11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik.
  12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m², buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000,- per bulan.
  13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah / tidak tamat SD / tamat SD.
  14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jika 9 indikator kemiskinan dari 14 indikator kemiskinan menurut BPS di atas maka suatu rumah tangga dapat dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

Berbagai cara pengukuran kemiskinan dengan standar yang berbeda-beda, dengan tetap memperhatikan dua kategori tingkat kemiskinan sebagai berikut:

  1. Pertama, kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana tingkat pendapatan seseorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan.
  2. Kedua, kemiskinan relatif adalah penghitungan kemiskinan berdasarkan proporsi distribusi pendapatan dalam suatu daerah. Kemiskinan jenis ini dikatakan relatif karena berkaitan dengan distribusi pendapatan antar lapisan sosial.