Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Contoh standar apakah seseorang itu baik atau tidak di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda.
Di sekolah, misalnya seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu.
Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisai yang ada. Ada 2 tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sosialisasi formal dan informal.
1. Sosialisasi Formal
Sosialisasi formal terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
2. Sosialisasi Informal
Sosialisasi informal terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antar teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya.
Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya.
Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi dengan adanya proses sosialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang harus ia lakukan.
Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yang baik dan disukai teman atau tidak? Apakah perilaku saya sudah pantas atau tidak?.
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.