Pada kenyataannya, dinamika kelompok senantiasa dipengaruhi oleh beragam faktor antara lain:
1. Tujuan Kelompok
Tujuan dinamika kelompok yang diinginkan untuk setiap kelompok dalam organisasi berfungsi sebagai lumbung dari ide yang ingin dilaksanakan, sebagai ikatan jiwa antara anggota kelompok, menjadi sasaran dan juga menjadi sumber dari konsep perencanaan kerja, menjadi motivasi dalam mengadakan persaingan atau aktivitas, menjadi perangsang untuk mendapatkan kepuasan kerja, menjadi arah yang tetap dalam menjalankan tugas kelompok.
2. Interaksi
Ada empat macam jenis pola interaksi yang terjadi di kelompok atau masyarakat, yaitu acting, co-acting, interacting, dan counter acting.
- Acting dimisalkan suatu masyarakat desa bekerja sama memperbaiki jalan desa dengan mengerahkan 100 orang untuk memperbaiki jalur sepanjang 1 km. Untuk pemerataan berarti 1 orang bisa mendapat bagian 10 meter, yang mempersatukan anggota kelompok adalah adanya pembagian tugas dan tujuan pekerjaan itu sendiri. Dalam hal ini tidak ada gambaran bahwa antara individu itu tidak ada usaha untuk saling sama-sama bekerja sesuai dengan tugasnya. Dinamika tersebut pada tujuan yang ingin dicapai yaitu peningkatan kualitas pelayanan produk terhadap pengguna.
- Interacting, maksudnya adalah adanya kerjasama antara beberapa kelompok pada satu pola kerja yang sama, misalnya untuk memperbaiki jembatan yang menghubungkan dua desa lurus disusun rencana kerja sedemikian rupa, sehingga sikap kelompok dari desa, perlakuan yang wajar atau adil, semangat kebersamaan akan pekerjaan seperti ini mulai diuji. Kerjasama seperti itu diperlukan rasa persatuan, solidaritas dan rasa senasib sepenanggungan diantara anggota kelompok. Dalam bentuk interacting diperlukan seseorang pemimpin yang dapat mempersatukan seluruh anggota kelompok dalam mencapai tujuannya.
- Co-acting mengandung pengertian bahwa antara individu dalam kelompok itu terdapat kerjasama yang erat dalam mencapai atau mewujudkan suatu tujuan, misalnya untuk memenangkan lomba, semua pemain kesebelasan permainan harus kompak, tidak bisa sendiri-sendiri atau misalnya dua orang pemuda yang mau memikul bersama suatu balok kayu yang besar, diperlukan kerjasama dengan baik diantara mereka ketika sedang mengangkut kayu tersebut. Dinamika yang terjadi adalah proses interaksi anggota dalam mempelajari tujuan berdasarkan komando pemimpin kelompok.
- Counter acting dimaksudkan dengan adanya persaingan dari anggota-anggota kelompok, untuk mengatasnamakan kelompoknya. Dalam proses interaksi ini juga tersimpan tujuan dari anggota kelompok untuk mencapai prestasi dengan mendidik anggota terpilih mewakili kelompoknya. Pada counter acting bisa dipraktikkan dalam kegiatan pembangunan masyarakat, misalnya petugas pembangunan bisa meembangkitkan motivasi dalam semangat kerja kelompok untuk mengejar ketinggalan, melalui pendekatan “Persaingan” diantara kelompok yang relatif maju dengan yang tertinggal, karena secara psikologis mereka tidak mau dikatakan mengejar ketinggalan dari kelompok lain, sehingga dalam waktu relatif singkat kelompoknya sudah maju.
3. Konflik dalam Kelompok dan Respon terhadap Konflik
Dalam suatu kelompok yang berinteraksi satu sama lain dalam mencapai tujuannya selalu mengalami perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat yang berlarut-larut akan menyebabkan konflik. Anggota tim perlu memahami bahwa konflik atau ketidaksepakatan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan dan tidak memiliki sifat baik atau buruk.
Konflik akan menghancurkan kemajuan kelompok jika dibiarkan tidak terkelola, tetapi juga dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang mantap jika dikelola secara efektif. Hasil dari suatu konflik sangat tergantung pada bagaimana tim mengelolanya.
Adanya konflik akan berdampak terjadinya perubahan-perubahan dalam suatu kelompok, organisasi atau tim kerja. Perubahan tersebut meliputi perubahan di dalam kelompok itu sendiri maupun perubahan antar kelompok. Adapun perubahan di dalam kelompok, yakni:
- Meningkatnya kepaduan kelompok untuk menghadapi konflik eksternal dengan mengesampingkan perbedaan individu
- Munculnya kepemimpinan yang otokratis, yakni dalam menghadapi kondisi yang kurang kondusif perlu adanya pemimpin yang kuat.
- Munculnya perhatian atas kegiatan, toleransi membuang-buang waktu menurun, kepuasan secara individu sementara terkesampingkan, semua perhatian tertuju pada konflik yang dihadapi.
- Penekanan pada kesetiaan, dalam situasi konflik: interaksi dengan anggota diperkuat dan interaksi anggota dengan kelompok lain merupakan pelanggaran.
Sedangkan perubahan di antara kelompok antara lain sebagai berikut.
- Persepsi yang terganggu, merasa dirinya atau kelompoknya lebih penting dari yang lain
- Stereotip negatif lebih menonjol, hal-hal negatif yang sudah terpendam dapat timbul kembali
- Menurunnya komunikasi. Akibat terjadinya konflik biasanya komunikasi antar kelompok menurun drastis atau justru malah hilang sama sekali, pengambilan keputusan sulit dilakukan atau terganggu, para pelanggan atau pihak-pihak yang dilayani terganggu.
Konflik terkait dengan persepsi pihak yang bersangkutan yang merasa kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi, terlepas dari ada atau tidak ada halangan tersebut. Apabila konflik ini dibiarkan maka akan menghancurkan kemajuan tim, sebaliknya juga dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang mantap bila dikelola dengan baik. Ada lima gaya merespon konflik yaitu menghindar, mengakomodasi, menang atau kalah, kompromi, dan penyelesaian masalah.
Teknik pemecahan konflik terdiri dari enam langkah sebagai berikut.
- Mengakui adanya konflik
- Identifikasi masalah
- Dengarkan semua sudut pandang dan kumpulkan fakta, akibat dan opini
- Lakukan pengkajian penyelesaian masalah
- Dapatkan kesepakatan untuk menemukan solusi
- Jadwalkan sesi tindak lanjut untuk mengkaji