Mengingat kebijakan anggaran negara melalui APBN merupakan bagian integral dari perilaku perekonmian secara keseluruhan, maka besaran-besaran pada APBN secara langsung maupun tidak langsung akan mempunyai dampak yang sangat penting terhadap perekonomian Indonesia. Secara umum, dampak APBN terhadap perekonomian Indonesia dapat diamati dari pengaruhnya terhadap tiga besaran pokok yaitu sektor riil (permintaan agregat), sektor moneter, dan neraca pembayaran (cadangan devisa).
1. Dampak APBN Terhadap Sektor Riil
Kebijakan anggaran negara dalam rangka mendorong aktivitas perekonomian memiliki peranan yang cukup penting terutama pada saat dunia usaha belum sepenuhnya pulih akibat terjadinya krisis ekonomi.
Instrumen kebijakan yang dapat dilakukan Pemerintah melalui APBN, dapat dilakukan baik dari sisi penerimaan maupun sisi belanja. Dari sisi penerimaan, pemerintah dapat mendorong aktivitas perekonomian melalui kebijakan pemberian insentif perpajakan. Kebijakan ini akan mendorong peningkatan aktivitas konsumsi dan investasi.
Sementara itu dari sisi belanja, kebijakan alokasi anggaran diharapkan dapat secara langsung mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dalam rangka mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Untuk mengetahu dampak langsung besaran-besaran APBN dalam permintaan agregat, transaksi-transaksi pengeluaran APBN dipilih dan dikelompokkan dalam transaksi yang dapat dikategorikan sebagai pengeluaran konsumsi Pemerintah dan pmebentukan modal tetap bruto Pemerintah.
2. Dampak APBN Terhadap Sektor Moneter
Transaksi keuangan Pemerintah juga berpengaruh terhadap sektor moneter. Untuk mengetahui dampak transaksi keuangan pemerintah terhadap ekspansi atau kontraksi rupiah dalam perekonomian, maka transaksi dalam APBN dikelompokkan berdasarkan transaksi keuangan dalam bentuk rupiah dan valuta asing.
3. Dampak APBN Terhadap Neraca Pembayaran (Cadangan Devisa)
Anggaran pemerintah juga mempunyai dampak terhadap neraca pembayaran (cadangan devisa). Dampak APBN terhadap cadangan devisa dihitung dengan memisahkan transaksi yang menggunakan mata uang asing dari sisi penerimaan dan pengeluaran.