Proses sosialisasi mengantarkan kita pada bentuk-bentuk sosialisasi yang ada dalam kehidupan manusia di dalam masyarakat. Jenis-jenis sosialisasi yang ada itu antara lain adalah sosialisasi setelah masa kanak-kanan (socialization after childhood), pendidikan sepanjang hidup (life long education), dan pendidikan berkesinambungan (continuing education). Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari juga dikenal adanya beberapa bentuk sosialisasi, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer adalah sosialisasi yang pertama kali dialami seorang individu sejak ia lahir. Sosialisasi primer biasanya berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun. Keluarga merupakan media atau agen yang memiliki peran pokok dalam sosialisasi primer.
Dalam jenis ini, seorang anak mulai mengenal anggota keluarga dan mampu membedakan perannya dengan orang lain dalam keluarga tersebut. Proses pertama dimana seorang anak mulai mengenali lingkungan sekitar dalam lingkup masyarakat kecil.
Pada masa ini lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak. Apa yang telah diresap anak pada kondisi tersebut menjadi darah daging tumbuh berkembang seorang anak.
Contoh sosialisasi primer adalah ketika seorang bayi baru lahir, dia mulai bersosialisasi dengan kedua orang tua dan anggota keluarga lainnya. Sosialisasi primer disebut juga sosialisasi tahap pertama.
2. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder merupakan proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer. Dalam sosialisasi sekunder, seseorang mulai mengenal kelompok atau individu lain selain keluarga dalam masyarakat.
Contoh sosialisasi sekunder antara lain: bermain di lingkungan sekolah, tertawa dengan teman di lingkungan bermain, maupun menghadiri rapat di lingkungan masyarakat.
Terdapat dua bentuk umum saat seseorang mulai memasuki masa sosialisasi sekunder yaitu Resosialisasi (pemberian identitas baru) dan Desosialisasi (pencabutan identitas diri yang lama).
a. Desosialisasi dan Resosialisasi
Desosialisasi merupakan proses sosialisasi dimana seorang individu mengalami pencabutan diri yang dimilikinya, yang kemudian seseorang tersebut diberi suatu diri yang baru.
Resosialisasi adalah proses pemberian kepribadian baru kepada seseorang. Resosialisasi sering pula disebut sebagai proses pemasyarakatan total.
Contohnya, proses pemasyarakat yang dialami para penghuni penjara, rumah sakit jiwa, dan pendidikan militer. Seorang yang semula bebas, karena melakukan pelanggaran hukum kemudian dipenjara. Di penjara inilah terjadi proses pembentukan kepribadian baru. Segala gerak-geriknya, cara berpakaian, waktu tidur, waktu makan, dan aktivitas lainnya tidak lagi dapat dilakukan secara bebas.
Semua diatur berdasarkan norma penjara yang ketat dan tidak memberikan kebebasan. Demikian juga, para peserta pendidikan dan pelatihan militer serta pasien rumah sakit jiwa. Semuanya harus mengalami proses penyesuaian nilai dan norma baru secara total.
B. Institusi Total (Total Institutions)
Goffman mengatakan bahwa institusi total merupakan suatu tempat tinggal dan bekerja yang di dalamnya sejumlah individu dalam situasa sama, terputus dari masyarakat yang lebih luas untuk suatu jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung dan diatur secara formal.
Contoh yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari adalah rumah sakit jiwa (RSJ), lembaga pemasyarakatan (LP) dan sekolah kemiliteran. Setiap individu yang masuk ke dalam lembaga-lembaga tersebut akan mengalami pencabutan diri dari yang dimilikinya dan akan mendapat diri yang baru.
Namun perbedaannya adalah apabila masuk di RSJ dan LP itu bukan berdasar pada kerelaan dan apabila keluar akan tetap mendapat stigma dari masyarakat atau lingkungannya.
Sedangkan di sekolah kemiliteran (AKMIL, AAU, AAL, AKPOL), individu yang masuk kesana akan berdasarkan faktor kerelaan dan menjalani pembinaan profesi untuk tujuan khusus, dan apabila keluar maka akan memiliki kebanggaan tersendiri sebagai mantan warga dari lembaga pendidikan tersebut.
C. Cuci Otak (Brainwashing)
Proses sosialisasi model ini biasanya menggunakan praktek penekanan baik fisik dan psikologis, yang kemudian pada akhirnya individu ini menaati segala perintah yang ditujukan kepadanya.
Teknik yang digunakan dapat berupa teknik pengendalian terhadap pemikiran dan tindakan seperti isolasi, ancaman, siksaan, pembatasan tidur atau makanan para tahanan yang diarahkan untuk membuat pengakuan palsu, mengkritik diri mereka sendiri dan ikut serta dalam kegiatan propaganda musuh. Hal ini bisa dialami oleh para tahanan perang dan anggota dari kelompok teroris.
D. Sosialisasi Antisipatoris (Anticipatory Sosialization)
Merupakan suatu bentuk sosialisasi sekunder yang mempersiapkan seseorang untuk peran baru. Contoh yang ada dalam kehidupan bermasyarakat antara lain adalah menjelang saat kita beralih pendidikan menuju jenjang yang lebih tinggi (dari SMA ke Perguruan Tinggi), saat sekolah menuju dunia kerja, saat dunia kerja menuju ke kehidupan pensiun, atau dari seorang bujangan menjadi istri atau suami.
Saat-saat itu adalah saat kita harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam menyongsong peran baru. Namun apabila kita tidak jadi melakukan peran yang sudah kita persiapkan tersebut maka mau tidak mau kita harus kembali ke peranan yang sebelumnya.