Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian sering kali terjadi sebagai respons terhadap perkembangan ekonomi, urbanisasi, atau kebutuhan infrastruktur. Berikut adalah dua contoh alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian:
1. Pembangunan Perumahan atau Pemukiman
Seiring dengan pertumbuhan populasi dan urbanisasi, seringkali lahan pertanian dikonversi menjadi lahan perumahan atau pemukiman. Pemerintah atau pengembang properti dapat membeli lahan pertanian untuk mengembangkan hunian, pusat perbelanjaan, atau fasilitas umum lainnya. Proses ini dapat mengurangi lahan pertanian yang tersedia dan mempengaruhi ketahanan pangan setempat.
2. Pembangunan Infrastruktur
Alih fungsi lahan pertanian juga terjadi ketika pemerintah membutuhkan lahan untuk proyek infrastruktur seperti jalan tol, bandara, atau proyek-proyek energi. Lahan pertanian yang mungkin subur dan produktif dapat direklamasi untuk kepentingan pembangunan infrastruktur. Meskipun ini dapat meningkatkan konektivitas dan pertumbuhan ekonomi, ini juga dapat memiliki dampak negatif terhadap produksi pangan lokal dan lingkungan.
Perlu dicatat bahwa alih fungsi lahan dari pertanian ke non-pertanian dapat memiliki konsekuensi penting terhadap ketahanan pangan, lingkungan, dan keberlanjutan. Oleh karena itu, perencanaan penggunaan lahan yang bijaksana dan berkelanjutan sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan pembangunan dan keberlanjutan sumber daya alam.